GEOPARK / TAMAN BUMI

Warisan GEOLOGI (KEBUMIAN), SPELEOGI (KEGOAAN), ARKEOLOGI (PRASEJARAH), dikemas dalam unsure-unsur bentangan alam kars berhubungan dengan lingkungan alam, sosial dan budaya.
Stuktur pengelolaan yang baik, benar, realistik, akan menjadi INDUSTRI PARIWISATA (GEOWISTA) dimana implementasi pengembanagan EKONOMI berkelanjutan (EKONOMI KREATIF) berpeluang menciptakan lapangan pekerjaan.
Garis besar pengembangan TAMAN BUMI PACITAN dilandasi oleh KONSEP GEOPARK UNESCO yang menawarkan peluang untuk MENGENAL, MELINDUNGI, MELESTARIKAN dan MENGEMBANGKAN SITUS WARISAN BUMI ditingkat GLOBAL / INTERNASIONAL.
Makna khusus dan istimewa GEOPARK harus memenuhi ASPEK ILMIAH, EKONOMI, SOSIAL, dan BUDAYA.
Disamping itu, harus juga memiliki nilai :
· ASLI
· UNIIK
· LANGKA
· INDAH
· PIKAT
Memaknai semua itu maka PACITAN yang SESUNGGUHNYA ada dan HADIR dengan Lintasan-lintasan geologi (geotrails) yang dapat memuaskan keingin tahuan pengunjung mengenai fenomena kebumian yang dinamis (khususnya bentang alam kars) akan dikemas dibeberapa tempat.
i. Lintasan geologi yang berkaitan dengan proses pengangkatan aktif pantai selatan dan bukti-bukti lapangan yang mendukungnya melintas dari Teluk Pacitan menelusuri pinggiran teluk bagian barat hingga pantai curam dibagian selatan. Sekmen lintasan bagian selatan merupakan singkapan batuan andesit, yang menjadi batuan- dasar kars. Daerah disekitarnya merupakan kawasan hutan lindung yang menjadi habitus kera. Pemandangan alam yang indah, termasuk daerah Pacitan Timur dengan kompleks Gunung Lima-nya, dijumpai disepanjang lintasan.
ii. Lintasan geologi yang berhubungan dengan kehidupan dan sejarah budaya masa lalu (arkeologi) terdapat didaerah Punung, yaitu antara Goa Tabuhan dan Goa Gong. Melalui Song Terus dan Song Gupuh. Goa Gong merupakan goa wisata beraspek estetika yang menjadi objek unggulan pariwisata di Pacitan. Replika manusia pra sejarah penghuni goa berumur 10.000 tahun, benda-benda budaya yang dihasilkan seperti artefak batu dan bekal kubur dapat dilihat di Song Terus.
iii. Lintasan Geologi di sepanjang S. Baksoka menawarkan aspek geologi dan arkeologi sekaligus. Di segmen sungai bagian utara, jalan raya Donorojo- Pacitan menjadi pembatasnya, dapaat dicermati singkapan – singkapan batuan Oligo-Miosen dan Miosen Tengah yang berfungsi sebagai alas batu gamping kars. Setempat , di segmen bagian utara ini tersingkap batuan sedimen Kuarter berlingkungan darat (sungai). Segmen sungai bagian selatan yang termasuk dalam kawasan menyingkap batu gamping yang kaya fosil koral, foraminifera, dan moluska. Di sepanjang sungai pengunjung dapat mengoleksi artefak atau kepingan fosil tulang veteberata, karena daerah Baksoka merupakan situs arkeologi. Karena benda-benda arkeologi itu dilindungi oleh undang – undang, temuan oleh pengunjung akan ditukar dengan piagam penghargaan yang ditandatangani oleh Bupati Pacitan.
iv. Lintasan geologi disekitar Desa Ngrijangan memberi informasi tentang sumber bahan baku artefak pada Zaman Neolotikum. Sumber itu aberupa bukit yang disusun oleh batu gamping rijangan. Disekitar bukit banyak dijumpai beliung dan mata panah, baik yang sudah jadi atau setengah jadi. Artefak yang ditemukan pengunjung akan ditukar dengan piagam, dan benda tersebut akan dikembalikan ke tempat semula. Lintasan dapat diperpanjang hingga Telaga Ngrijangan, salah satu Telaga yang berair sepanjang tahun di Pacitan Barat. Pengunjung taman geologi dapat melakukan diskusi berkaiatn dengana sejarah terbentuknya telaga atau mulajadi batu gamping rijangan yang singkapnya sangat langka.
v. Lintasan geologi antara Luweng Jaran dan Pantai Watukarung merupakan lintasan panjang yang mengikuti jalan setapak, mulai dari perbukitan di sebelah utara hingga pantai disebelah selatan. Luweng Jaran merupakan sistem perguaan aktif yang panjang, dan segmen lorong yang dipetakan baru mencapai titik yang berjarak 18 km dari mulut gua. Gua bertingkat dengan sungai bawah tanah yang dalam dan aneka jenis ornamen yang indah ini dikembangkan menjadi gua wisata minat-khusus.Pengunjung umumdapat memperoleh informasi mula jadi gua yang berkaitaan dengan struktur geologi melalui kekar dan sesar yang membongkahkan batuan disekitar mulut Luweng Jaran. Mulut gua menjadi tempat masuknya sungai permukaan musiman, yang berhulu jauh di sebelah timurlautnya. Gua Kasimin di Pantai Watukarung menjadi keluarnya sungai bawah tanah Luweng Jaran. Aliran air yang keluar membentuk sungai permukaan yang bermuara di teluk kecil Watukarung. Didepan Pantai Watukarung banyak dijumpai stack. Panati yang menjadui tempat pendaratan perahu nelayan ini dilengkapi dengan banguan tempat pelelangan ikan.
vi. Lintasan Geologi disekitar Pantai Klayar menawarkan pemahaman terhadap morfologi pantai yang genesanya dipengaruhi oleh struktur geologi dan gejala pengangkatan aktif pantai selatan. Pengangkatan ditunjukan oleh tersingkapnya endapan batu-gisik (beach-rock), yang sebagian permukaanya ditutupi oleh rumput laut. Efek blow pipe dipantai ini menghasilkan semburan air setinggi belasan meter yang diikuti dengan bunyi melengking. Semburan mirip geyser. Ini terjadi secara periodic. Fenomena itu disebabkan oleh tertekannya air laut dan udara yang terjebak di dalam saluran di sepanjang retakan batuan oleh gelombang. Abrasi yang mengikis bongkahan batuan membentuk aneka ragam bangun yang disebut tafoni.
vii. Lintasan Geologi di Srau yang luas mengajak pengunjung Taman Geologi memaknai bentukan morfologi pantai kars, selain menikmati keindahan pemandangan alamnya yang masih asli. Dilepas pantai terdapat pulau-pulau kecil, yang mulajadinya berkaitan dengan daratan utama ytang tersesarkan. Selama bulan September-Oktober pulau-pulau stack itu menjadi hampiran burung-burung migrant dari Australia yang terbang menuju daratan Asia. Proses abrasi pada salah satu stack menghasilkan lubang, dan di beberapa tempat lainnya mengukir pulau-pulau kecil tersebut menjadi bentukan seperti cendawan.
viii. Lintasan geologi disekitar pantai Nampu lebih banyak mengajak pengunjung Taman Geologi memahami keunikan bentang alam kars yang diwakili oleh bukit-bukitsoliter berbangun sinusoida. Dolina antar bukit yang terisi terra-rossa membentuk dataran, sehingga bentuk lekuk topografinya tidak dijumpai lagi. Kompleks bukit yang tersesarkan berbentuk gawir setnggi puluhan meter, dan sekaligus mengklasifikasikan Pantai Nampu menjadi pantai curam.
ix. Lintasan geologi Pantai Mbuyutan terletak di Desa Widoro, Kecamatan Donorojo sekitar 40 Km dari kota Pacitan. Panorama Samudera Indonesia yang membentang Luas dan pasirya yang putih berkilau mempunyai daya tarik tersendiri bnagi wisatawan. Selain itu terdapat pulau-pulau karang kecil yang menghiasinya, sehingga kita seolah-olah dibawa ke sebuah pantai impian.
x. Lintasan Budaya Upacara Ceprotan bertempat di Desa Sekar Kecamatan Donorojo, upacara ini diselenggarakan setiap tahun sebagai upacara bersih desa. Keunikan dari upacara adapt ini adalah tradisi saling melempar kelapa muda. Tradisi ritual tersebut dilaksanakan setiap senin Kliwon pada bulan Longkang.
xi. Lintasan Budaya Wayang Beber Pacitan menceritakan tentang kesedihan Raja Kerajaan Kediri, karena Sang Putri, Dewi Sekartaji meninggalkan kerajaan entah kemana tanpa sepengetahuan ayahanda maupun seluruh anggota istana. Sang Prabu mengerahgkan segala usaha untuk bias menemukan putrinya, namun tidak membuahkan hasil. Akhirnyam, diadakan sayembara untuk menemukan Sang Putri.
· Urutan Adegan Sesuai Gulungan Dalam Wayang Beber
Adegan dalam wayang beber ini pada dasarnya mengisahkan pengembaraan Joko Kembang Kuning atau yang dikenal dengan Panji Asmoro Bangun dalam mencari kekasih Dewi Sekar Taji yang pergi meninggalkan Istana Kerajaan.
Wayang Beber yang ada di Kabupaten Pacitan terdiri dari 6 gulungan
( rol ) yang masing – masing gulungan terdiri dari 4 ( empat ) adegan dan 1
( satu ) gulungan merupakan satu babak atau satu episode.
Adapun proses pertunjukan Wayang Beber dengan cara dalang duduk bersimpuh di depan kotak yang berisi gulungan – gulungan, kemudian wayang dibentang di depan kotak yang berisi gulungan-gulungan, kemudian wayang dibentangkan yang mana ujung kanan, kiri diberi lonjoran kayu yang biasa disebut SELIGI, kemudian seligi tersebut dimaksukkan pada lubang yang ada pada ujung kanan, kiri kotak penyimpanan yang biasa disebut CEBLOKAN.
Pertunjukkan Wayang Beber membutuhkan waktu 90 menit dengan diiringi instrumen gamelan yang sangat sederhana karena hanya terdiri dari gong, kenong, dan rebab. Bahkan notasi dalam instrumenya pun sampai sekarang masih dalam pengkajian seniman-seniman dari berbagai penjuru tanah air bahkan seniman-seniman penjuru dunia.
Menurut kitab SASTROMIDURO dan di perkuat oleh Ma Hua ( seorang Tionghoa ) yang beragama islam yang pada tahun 1413-1415 yang mengiringi laksamana Cheng Ho dalam lawatanya ke Majapahit, memperkirakan Wayang Beber yang sekarang berada di Kabupaten Pacitan dibuat pada tahun 1614 Jawa atau 1692 Masehi, karena selisih tahun Jawa dengan Masehi 78 tahun.
Perkiraan ini diambil berdasarkan hipotesa pada salah satu sengkalan yang ada di salah satu gulungan yang menggambarkan SEORANG PENCARI IKAN, MENJAMAH SEORANG PEMBUAT KUE SERABI DI PASAR. Dalam bahasa Jawa, GAWE SRABI JINAMAH ING WONG.
Dari kata-kata tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : GAWE, mengungkap angka 4; SERABI mengungkap angka 1; JINAMAH mengungkap angka 6; WONG mengungkap angka 1; SERABI mengungkap angka 1. Jadi jika disusun dari belaklang akan menjadi angka 1614.


Penulis "

M. FATHONY, SH, MM
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga
Kabupaten Pacitan
@copyright 2010.